Selasa, 14 Oktober 2014

Story : First and Last Song - part 1

Title      : First and Last Song
Author  : Dessy Novianty
Cast     : Misha Dealova, Alvin Licova, Kiki, Kevin , others.   

Happy Reading !!!  \(^O^)/


☆;:*:;☆;:   First and Last Song *:;☆;:*:;☆



Have you ever felt hot on your cheek when looked at someone ??
          Have you ever felt so many beautiful butterfly fill in your stomach??

That is...what I feel when i'm looking at someone I like..



 *********************

          Aku menyukainya. Waktu pertama kali bertemu, itu saat musim hujan di bulan November. Hujan turun deras dan aku berlari menuju halte sepulang kuliah. Aku mengeluh karena aku bodoh tidak membawa payung padahal sedang musim hujan. Lalu entah dari mana seseorang tiba-tiba berada di sampingku, dia basah kuyup. Aku berteriak ketika tiba-tiba saja mobil yang lewat menyipratkan air yang ada di pinggir jalan. Haa, sial! Sementara orang di sebelahku hanya bingung dan tiba-tiba saja ia memberikan saputangannya padaku. 
     "Terima kasih."
Aku melirik ke arahnya, dia menatap langit dan sepertinya sebuah senyum terlukis di wajahnya yang putih bersih itu.
     "Ah, taksi!!"
Baru saja aku ingin mengembalikan saputangan itu namun dia buru-buru pergi dan berlari menuju taksi. Bagaimana aku harus mengembalikannya??

 -----

         Syukurlah hujan sudah reda saat itu, aku segera berlari menuju tempat pemotretan. Aku bukan seorang model, tapi aku hanya bekerja untuk mempersiapkan kostum yang akan dikenakan para modelnya. Bosku yang merupakan perancang busana mengoceh padaku karena pakaian kotor yang ku kenakan. Tapi kalian jangan berpikir dia jahat dulu, dia adalah orang baik, gayanya agak gemulai dan kadang-kadang ia curhat padaku soal masalah yang ia hadapi. Namanya Kevin, dia lebih tua tiga tahun dari umurku yang berusia sembilan belas tahun saat ini. 
     "Ayo-ayo! Karena Misha sudah datang, kalian berganti kostum lalu ke ruang make-up ya!" kata Bosku, Kevin.
      Ya, seperti yang ia katakan barusan, namaku Misha. Tepatnya Misha Dealova. Aku membantu semua model memilih kostum yang harus mereka kenakan. Cukup melelahkan memang, tapi pekerjaan ini menyenangkan. Bagaimana kau melihat pakaian indah setiap harinya, membantu banyak orang dan memiliki teman yang baik di tempat kerjamu.
     Pemotretan selesai jam delapan malam, aku turun ke lobby dan melihat orang yang memberikan saputangannya tadi. Aku berusaha memanggil dan mengejarnya namun dia berjalan begtu cepat dan sibuk dengan ponsel di telinganya. Ia menuju taksi dan lagi-lagi aku gagal mengembalikan saputangannya. 
      "Misha Kamu kenapa lesu begitu?"
      "Ah, kak Kevin. Aku tadi mengerjar orang yang meminjamkan aku ini"
Aku memperlihatkan saputangan biru muda bergaris putih di pinggirnya. Dia memperhatikan dengan seksama lalu matanya membulat.
      "Lihat! Ada bordiran nama Alvin Licova."
      "Lalu?"
      "Kamu gak tahu dia siapa?"
Aku menggelengkan kepalaku. Memang aku tidak tahu, lalu kenapa??
      "Dia itu...tunggu sebentar."
Kevin menerima telepon dan segera mengatakan dia harus pergi. Padahal aku belum tahu kan siapa orang yang memiliki saputangan ini???

 -----

Di hari berikutnya aku kuliah di jam sembilan pagi. Banyak dari mahasiswa berdiri di depan mading dan mereka terlihat gembira. Tentu saja aku kesana untuk melihat ada apa.
      "Ih apa sih?? Lihat dong! Misi-misi!" ucap seorang mahasiswa di sebelahku.
Semua orang terburu-buru ingin melihat sebuah poster di mading itu.
       "Aduhh.."
       "Sha?? Lo kenapa?"
Tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing karena beberapa orang mendorongku. Temanku Kiki, bilang padaku bahwa darah keluar dari hidungku dan aku terlihat sangat pucat. Dia membawaku ke poliklinik dan dokter di sana mengatakan bahwa aku harus banyak istirahat. Baiklah, aku akan menurutinya. Mungkin aku harus membeli vitamin, karena akhir-akhir ini aku sibuk kuliah dan bekerja, apalagi dengan cuaca hujan seperti ini.
       "Tuh kan Sha! Pasti lo kurang tidur deh." 
       "Gak kok, Oh ya, tadi ada apa sih kok ramai??"
       "Gitaris akustik Alvin Licova bakal perform di kampus kita! Katanya sih minggu depan."
Alvin Licova?? Apa jangan-jangan gitaris itu sama dengan orang yang aku temui kemarin?

-----

Waktupun berlalu begitu saja hingga akhirnya acara "Licova Goes to Campus" pun dimulai. Orang itu, aku ingin menemuinya dan mengembalikan saputangannya. Ya semoga saja mereka orang yang sama. Acara itu dilaksanakan di ruang auditorium kampus kami. Karena tempat di depan penuh, terpaksa aku harus duduk di barisan belakang. Sebenarnya aku tidak berminat menonton acaranya, hanya saja aku ingin memastikan apakah orang itu adalah orang yang ku cari. Semua bertepuk tangan memberi sambutan pada bintang tamu. Permainannya sangat bagus, harusnya aku membawa teropong! Dan sampai setengah jam kemudian aku terlena oleh permainan gitarnya dan perkenalan dirinya, sampai lupa dengan tujuan awalku. Kepalaku pusing, dunia seperti berputar di hadapanku saat itu. Ku putuskan untuk menuju ruang poliklinik meminta obat.
      "Ya ampun! Misha, duduk-duduk. Kamu pucat banget, hampir jatuh."
Lagi-lagi aku kelelahan dan lupa membeli vitamin. Beberapa orang memperhatikanku saat itu, namun aku hanya ingin keluar dari sini dan menuju poliklinik, lalu menuju belakang panggung menemui Alvin Licova.


       "Acaranya bagus ya."
       "Iya, gue dapat tanda tangannya sama bisa selfie bareng loh!"
       "Sumpah??"
       "Cuma beberapa orang yang beruntung sih, 10 orang dengan tanggal lahir genap di bulan ini."
Tanda tangan? Jangan-jangan acaranya sudah selesai? Dia sudah pergi? Aku berlari mencarinya, entah kenapa keinginan untuk mengembalikan saputangan ini begitu besar. Aku tidak meemukannya di belakang panggung, dia tidak ada. Lalu saat aku berjalan dengan lesu keluar dari sana, seseorang berdiri di hadapanku. Dia membawa gitarnya dan menyapaku. Kamu gadis yang waktu itu kan? Begitu katanya. Dan saat aku mendongak, aku melihatnya. Akhirnya aku bertemu dengannya, lalu mengembalikan saputangan miliknya yang ada di tanganku.
      "Ada darah."
      "Hmm??"
Dia mengusap hidungku, saputangannya kena noda darah.
      "Biar aku cuci..."
      "Gak usah. Aku cuci sendiri."
Saat tu dia tersenyum ramah . Lalu dia mengajakku untuk membeli minuman di kantin kampus. Dia tidak tahu jalan menuju ke sana, jadi aku antar dan kebetulan aku tidak ada kelas sehabis ini. Ternyata benar, nama yang tertera di saputangan itu adalah namanya, Alvin Licova. Dia ramah, lucu dan baik.
      "Gak nyangka  bisa ketemu di sini."
      "Mungkin....karena keinginanku untuk mengembalikan saputangan ini."
Ia mengangguk lalu meminum minumannya.




 To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.blogger-iframe-colorize {display: block !important; }