Declaration of Love
(Ryan Version)
“Chika,
kalau kamu ambil balon pink ini artinya kamu terima cinta aku, tapi kalau ambil
balon abu-abu ini, artinya..kamu tolak aku. Dan aku akan menerima keputusan
kamu apapun itu.”
“Heleh, bete
bener lihat ftv kayak gini. Bosen banget, gak ada cara romantis lain apa selain
pakai balonlah, cincin di kue, mawar, muak gue.” kata Ivy seorang gadis
berparas cantik.
“Ish, Ivy.
Mereka kan so sweet.” kata Luvi,
sahabat Ivy.
“Bosen ah.”
Ivy memang sudah
bosan melihat sesuatu yang romantis, seperti bunga, cincin, balon, cokelat,
rayuan, puisi. Apa tidak ada acara lain? Ivy telah beberapa kali menerima
hadiah Valentine dari laki-laki dengan berbagai cara yang ditayangkan di banyak
ftv.
1.
With
Tomy (A man with glasses)
“Ivy, aku suka
sama kamu. Kalo kamu mau terima aku jadi pacar kamu, ambil bunga ini. Kalo gak,
kamu boleh lempar bunga ini jauh-jauh.” kata Tomy si mata empat.
Ivy berdiam
sejenak lalu mengambil bunga itu dan memberikannya pada anak kecil yang lewat.
Lalu sambil menepuk-nepuk tangannya yang sedikit kotor ia berkata..
“Maaf, gue gak
bisa terima. Oh ya, itu bunga kalo gue lempar entar kena orang bisa bahaya.
Jadi maaf aja ya kalo gue kasih ke orang lain. Sorry gue duluan.”
2.
With
Hary (Romantic man)
Di café saat
itu, Hary dan Ivy makan malam berdua di sebuah restoran.
“Ih apaan deh,
malam-malam makan kue.”
“Loh kenapa?
Takut gemuk? Ya ampun Ivy, kamu tuh bakal tetap cantik. Di makan ya.”
Ivy memakan
sesendok kue cokelat lalu menemukan sesuatu di dalam mulutnya.
“Cincin??!”
Tanya Ivy dengan wajah heran.
“Iya. Kamu suka
kan?” Hary tersenyum malu.
Ivy permisi ke
toilet, setelah itu mengembalikan cincin itu ke Hary.
“Sorry gue gak
bisa terima. Cincinnya udah gue cuci kok tadi di toilet. Oh ya, gue udah
dijemput kakak nih. Sorry ya.”
“Bruahaha!! Sejak kapan lo punya kakak Vy.” tawa
Luvi mendengar cerita temannya.
Dan dua malam sebelum hari Valentine itu mereka
habiskan menonton drama di rumah Ivy. Tiba-tiba ponsel Ivy berdering.
“Sms dari siapa Vy?”
“Ryan.”
Dengan rasa penasaran, Luvi ikut membaca sms itu.
“Ivy, lusa ada acara? Olahraga sekaligus adu nyali mau?” ucap Ivy membacakan
sms itu.
“Nih anak, gak usah dibaca kencang-kencang juga
kali.” Ivy menjitak kepala Luvi.
“Hihihi maaf-maaf. Kalian juga so sweet banget sih.”
“So sweet
apanya?”
“Ryan tuh kayaknya ada perasaan deh sama lo, nah
bagus kan! Lo kan juga suka sama dia! Mending…”
“Mending apa?” tanya Ivy curiga.
“Mending lo jadian aja sama dia!” ucap Ivy semangat.
Ivy yang sedikit terkejut langsung mengalihkan pembicaraan
lalu pergi ke dapur.
“Ih Ivy, Ivy! Pipinya merah tuh, hihihi.”
Ivy dan Ryan memang sudah dekat sejak di bangku SMA,
dan kini mereka berkuliah di universitas yang sama namun di kelas yang berbeda.
Ryan selalu memberi perhatiannya pada Ivy, mengganggap Ivy sebagai adik
kecilnya. Dan Ivy kepada Ryan, menurut Ivy, Ryan adalah orang yang spesial,
berbeda dari cowok lain yang kadang aneh di mata Ivy.
Hari berikutnya, beberapa orang berburu cokelat dan
bunga bahkan hadiah lain untuk diberikan pada orang terkasih, namun Ivy hanya
di rumah. Ia memilih untuk membuatkan cokelat dan kue untuk keluarganya sebagai
hadiah Valentine, menurutnya begitulah seharusnya. Membagikan cinta pada
keluarga.
“Halo? Luvi, lo sibuk gak?”
“Kenapa Vy?”
“Temenin gue belanja buat bikin kue yuk!”
“Eeeng, aduh Vy. Sorry, gue lagi sibuk banget nih.”
“Yah, yaudah deh gak apa-apa. Bye.”
Ivy putuskan untuk berbelanja sendiri, tumben hari
ini semua orang sibuk. Ah pasti karena besok Valentine, pikirnya.
Di hari Valentine, Papa dan Mama Ivy saling memberi
hadiah.
“Ih Papa, Mama. Masih aja kayak anak abg.”
Orangtuanya tertawa kecil mendengar ocehan anak
pertamanya itu.
“Ih kakak sirik aja, mentang-mentang gak punya
pacar. Buee!” goda sang adik, Rio.
“Ih emang kamu udah punya pacar?? Wah, tuh ma Rio
udah mulai pacaran. Ih bandel, masih SMP juga.” kata Ivy sambil menunjuk sang
adik yang berlari mencolek kue di meja yang dibuatnya.
“Ih kakak, aku mah masih kecil. Aku gak mikirin itu,
kakak tuh yang dekat-dekat sama kak Ryan, hehehe.”
Ivy yang blushing
segera mengejar adiknya, diikuti tawa orangtuanya, dan ponselnya pun berdering.
“Oh halo? Iya-iya, sebentar lagi berangkat kok. Oke,
tunggu gue ya?”
“Siapa kak? Kak Ryan ya??” tanya Rio lalu berlari
menghindar.
“Rio!”
Dan Ivy lega tidak lagi melihat suasana Valentine
yang bertebaran. Saat ini ia berada di arena Bungee Jumping.
“Vy, sini!”
Itu Ryan, dengan kaos dan jaket putih, celana jeans
hitam dan sepatu putih ia terlihat tampan dan mempesona. Ryan mengajak Ivy
menaiki tangga untuk lakukan jumpings
dari ketinggian lima puluh meter.
“Siap?”
“Hah? I..iya.” ucap Ivy sedikit gugup sambil melihat
ke bawah.
“Emang gitu kok awalnya, tapi nanti kalau udah coba
pasti mau lagi.” kata Ryan sambil tersenyum.
Instruktur pun memasangkan alat pengaman untuk Ivy,
Ryan membiarkan dia mencobanya terlebih dahulu, menikmati terjun langsung dan
tertarik lagi saat tubuhnya memantul di udara.
“Ryan! Fighting!” teriak Ivy memberi semangat sambil
menunggu di bawah.
Sebelum melompat Ryan membisikkan sesuatu pada
instruktur di sebelahnya. Ia terlihat bersiap-siap melompat, ia melompat lalu
tubuhnya memantul ke atas saat tali menariknya lagi, namun alat pengaman di
punggungnya mengalami kesalahan, Ivy yang terkejut langsung panik ketakutan
melihat Ryan.
“Ryan!”
Sayangnya Ryan harus terjatuh ke dalam laut karena
alat pengamannya rusak. Para tim di sana segera menolong Ryan dan keadaan
semakin menegang saat Ivy melihat orang yang dicintainya terkapar lemah karena
tenggelam. Ia mencoba membangunkan Ryan dengan mengguncangkan tubuhnya.
Airmatanya sudah menggenang, tangisannya sudah meledak. Tiba-tiba Ryan tersedak
dan tangannya mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Dengan mata tertutup, ia
memberikan Ivy sebuah kotak.
“Happy
Valentine’s Day, Ivy.” kata Ryan sambil tersenyum.
“Ryan?! Ih!!”
“Aduh, kok kejam sih?” Ryan sedikit kesakitan namun
tetap tertawa saat Ivy memukul bahunya.
“Kamu tuh yang kejam. Pura-pura tenggelam, pingsan,
bikin orang panik. Gak lucu tahu!” ucap Ivy sambil mengusap airmatanya.
Ryan duduk lalu mengusap kepala Ivy sambil
tersenyum. “Gadis cengeng.”
Lalu Ryan memberikan kotak itu pada Ivy, isinya
kalung liontin bintang dan ia mengalungkannya ke leher Ivy.
“Happy
Valentine’s Day, Ivy.”
“You too.”
kata Ivy.
“Oh ya.” Dengan mata dan keadaan yang agak lemah
Ryan membisikkan sesuatu pada Ivy.
“I love you.”
lalu Ryan tersenyum.
Ivy membulatkan matanya dan tidak bisa bicara apa-apa.
“Jadi jawabnya?”
Ivy tetap tidak menjawab.
“Yaudah kalau gak mau jawab, aku nyebur lagi deh.”
Ivy menghentikan langkah Ryan, takut jika laki-laki
itu benar-benar nekad.
“Ya! I love
you, Ryan!” teriak Ivy.
“Cie-ciee.. Suit-suit!”
Beberapa orang di belakang mereka yang tiba-tiba
muncul bertepuk tangan dengan wajah ceria.
“Ivy! So sweet
banget sih!” kata Luvi terkagum.
“I..ini ada apa deh??”
“Aku udah tahu kalau kamu gak suka hal romantis yang
biasa-biasa aja. Tuh dari mereka. Jadi…” kata Ryan sambil merangkul bahu Ivy.
“Jadi??! Ugh! Dasar!” Ivy memukul dan mencubit Ryan.
“Ih, aduh! Vy, Ivy!” ucap Ryan lalu memeluk Ivy
dengan senyum bahagia.
Dan mereka, orang-orang yang muncul tiba-tiba adalah
beberapa orang yang pernah mencoba nyatakan cinta pada Ivy sebelumnya.
“Happy
Valentine’s Day, I love you.” ucap Ryan sekali lagi.
Dengan rasa bahagia, Ivy memeluk erat Ryan. Luvi
yang senang karena rencana mereka berhasil turut terharu.
“Ini, lap airmatanya.” Kata Tomy sambil memberi
saputangan.
“Makasih.” Kata Luvi masih melihat kebahagiaan Ivy
dan Ryan.
Ah! Sedihnya hati ini, masiiih aja dicuekin sama
cewek, sakitnya tuh di sini!, begitu pikir Tomy sambil mengepalkan tangan kanan
di dada kirinya.
“Jumping yuk??”
Tanya Ryan.
“Nyebelin ah!”
“Loh kok ngambek?” Ryan sedikit tertawa karena
gadisnya itu.
“Ayolah!” Ryan melanjutkan sambil merangkul Ivy,
membawa menuju arena.
“Ivy! Gue ikut!!” Luvi berlari menyusul mereka.
“Ikuuuut
oi!!” teriak yang lainnya, Tomy dan Hary.
§§§§§
SELESAI §§§§§
Author : Dessy Novianty
Do not copy any part of it. Read and give a comment :)
Ini pakai otak mikirnya, jadi jangan asal copas atau apapun yang melanggar hak cipta *creepy laugh* *ups*
------di saat gak tahu mau posting apa, di situ kadang saya bingung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar